Minggu, 10 Februari 2013

EKONOMI ISLAM

EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM

         Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, aspek ekonomi merupakan salah satu penopang dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera. dewasa ini hampir disetiap negara menerapkan perekonomian yang berbau kapitalisme ataupun sosialisme yang mengakibatkan pergeseran kehidupan yang lebih memihak pada salah satu golongan tertentu dan menindas golongan yang lain.
       Sistem dalam perekonomian islam tentu saja berbeda dengan sistem kapitalis ataupun sosialis. perekonomian dalam ajaran islam merupakan suatu anjuran yang memiliki nilai ibadah, oleh karena itu kegiatan perekonomian islam tidak mengajarkan seseorang untuk memihak pada salah satu golongan tertentu ataupun menindas golongan yang lainnya melainkan sama-sama memberikan nilai yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
             Dasar dari perekonomian islam merupakan seluruh bentuk kegiatan yang dibangun atas dasar nilaikeimanan(tauhid), nilai-nilai islam(syariah), dan nilai-nilai ihsan (etika).

1.  Nilai-nilai keimanan
   Fungsi dan wilayah keimanan dalam islam adalah pembenahan dan pembinaan hati atau jiwa manusia. Dengan nilai-nilai keimanan, jiwa manusia dibentuk menjadi jiwa yang memiliki sandaran vertikal yang kokoh kepada sang pencipta untuk tunduk dan patuh pada aturan-aturan yang telah dibuat dengan penuh kesadaran dan kerelaan, pada kondisi demikian jiwa manusia akan mampu mempertahankan serta menggali fitrah yang diamanahkan pada dirinya dan  menempatkan dirinya sebagai hamba Allah.
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuui". (
QS. Ar Ruum [30]: 30).





2. Pondasi Syariah
  Fungsi dari syariah dalam perekonomian islam yaitu untuk mengatur dan memelihara asfek lahiriyah umat manusia khusunya, baik yang berkaitan dengan individu, sosial dan lingkungan sehingga terwujud keselarasan dan keharmonisan. bagian kehidupan manusia yang diatur oleh syariat adalah asfek ekonomi. Al-quran dan as-sunah sebagai sumber dalam ajaran islam banyak  memuat prinsif-prinsif mendasar dalam melakukan tindakan ekonomi baik secara eksplisit maupun inplisit. 
Diantara prinsip-perinsip itu adalah;

1)  Ta'awun (saling membantu)
   Manusia adalah makhluk sosial, dalam segala aktivitasnya dan tidak bisa hidup tampa orang lain termasuk dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi. dalam pandangan islam kegiatan ekonomi termasuk bagian dari kebaikan dan ibadah, sehingga dalam pelaksanaannya diperintahkan untuk saling menolong antar sesama. Sebagaimana firman Allah SWT Q S Al-Maidah [5]: 2
"dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya".
Ketika sifat taawun dijadikan landasan dalam berekonomi para pelaku bisnis akan terhindar dari sikap yang merugikan orang lain termasuk sikap monopoli. Seorang produsen ia akan menjaga kualitas produksinya untuk membantu orang lain yang tidak mampu berproduksi, seorang pedagang punya tujuan membantu pembeli yang membutuhkan barang tertentu. Sehingga penjual tadi akan memberikan hak-hak bagi pembeli, penjual jasa bertujuan membantu orang yang membutuhkan jasanya, sehingga ia akan meningkatkan pelayanannya dan sebagainya.

2)  Keadilan
  Adil dalam pandangan islam tidak diartikan sama rata, akan tetapi pengertiannya adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya atau hak-haknya. Sikap adil sangat diperlukan dalam setiap tindakan termasuk dalam tindakan berekonomi, dengan sikap adil setiap orang yang terlibat dalam kegiatan ekonomi akan memberikan dan  mendapatkan haknya dengan benar. Dalam menentukan gaji pegawai, harga barang, persentase keuntungan, ukuran timbangan dan kerugian akan tepat dan terhindar dari sifat aniyaya. Al-Quran memerintahkan setiap tindakan harus didasari dengan sikap adil, karena bentuk keadilan akan mendekatkan kepada ketaqwaan sebagaimana firman Allah SWT dalam Q S. al-Maidah, [5]: 8
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan".

3)  Logis  dan rasional tidak emosional
   Islam adalah ajaran yang rasional dan senantiasa mengajak kepada umat manusia untuk memberdayakan potensi akal dalam mempelajari ayat-ayat Allah, baik ayat quraniyah maupun kauniyah. dalam konteks ushul fikih syariat diturunkan oleh al-Hakim hanya bagi makhluk yang berakal, setiap kegiatan ekonomi harus bersipat logis dan rasional tidak berdasarkan emosinal semata.

4)  Professional
   Seorang muslim diperintahkan oleh Allah untuk bertindak dan berprilaku sebagaimana sifat-sifat Allah, sebagaimana Rasulullah menyeru kepada umatnya, “berakhlaklah kalian sebagaimana akhlak Alah”. Ada beberapa tindakan Allah yang perlu dicontoh, seperti, memanagemenkan jagat raya dengan planning yang tepat, ketelitian dan perhitungan yang akurat. bagi seorang muslim dalam berekonomi tentu harus punya managemen yang kokoh, planning yang terarah, tindakan  dan perhitungan ekonomi yang cermat dan akurat yang semua itu menjadi indikator pada propesionalime ekonomi

3.  Pondasi Ihsan Etika Islam
    Fungsi ihsan dalam agama sebagai alat control dan evaluasi terhadap bentuk-bentuk kegiatan ibadah, sehingga aktivitas manusia akan lebih terarah dan maju. fungsi tersebut selaras dengan definisinya sendiri yaitu "ketika engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, apabila engkau tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat (mengontrol) engkau". Ketika tindakan ekonomi didasari dengan ihsan maka akan melahirkan sifat-sifat positif dan produktif seperti;

1.  Amanah (jujur)
   Amanah dalam bahasa arab berdekatan dengan makna iman (percaya) dan berasal dari akar kata yang sama yaitu aman. sifat ini  muncul dari pengertian ihsan. Bagi pelaku ekonomi yang memiliki sifat amanah akan mengakui dengan penuh kesadaran bahwa seluruh komponen ekonomi; pikiran, tenaga, harta, dan segalanya adalah milik dan titipan Allah, sehingga dalam menjalani aktivitas usaha akan berhati-hati dan waspada serta terhindar dari sifat ceroboh dan sombong.

2.  Sabar
  Sabar diartikan sebagai sikap tangguh dalam menghadapi seluruh persoalan kehidupan termasuk dalam berekonomi. Sifat ini muncul dari proses panjang aktivitas ibadah yang senantiasa diawasi dan dievaluasi oleh Allah. dalam seluruh proses tindakan usaha tidak akan lepas dari kendala dan masalah, maka kesabaran mutlak dibutuhkan. dengan sifat ini sebesar apapun masalah yang dihadapi perusahaan akan disikapi dengan pikiran yang positif dan hati yang jernih.
adapun efek positif dari sifat sabar, antara lain:
Pertama, segala kendala usaha dinilai sebagai pembelajaran untuk meningkatkan etos kerja
Kedua, akan siap menghadapi berbagai  bentuk kendala usaha dan tidak menghindarinya.
Ketiga, akan mampu menyelesaikan masalah yang ada dan menempatkannya ditempat yang sesuai sehingga akan mendapatkan solusi yang tepat.

3.  Tawakal
    Tawakal berasal dari bahasa arab yang akar katanya berasal dari <span>wakala</span> yang mengandung arti wakil. Maka tawakal diartikan sikap mewakilkan atau menyerahkan penuh segala hasil usaha kepada AllahSWT. Sikap tersebut muncul dari nilai-nilai ihsan. Islam tidak melarang pelaku bisnis mendapatkan keuntungan dalam usahanya. akan tetapi hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang masih bersifat relatif yaitu untung atau rugi. bagi pelaku usaha yang menyerahkan segala hasilnya kepada Allah tidak mempunyai beban mental yang berlebihan dan ketika hasilnya untung tidak akan lupa diri dan apaila rugi tidak akan pesimis dan putus asa.
"Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik". Q.S al – Ma’arij [70]: 5

4.  Qanaah
   Qanaah dalam berekonomi diartikan sebagai sikap efesiensi dan sederhana dalam tindakan usaha. Sikap ini terbentuk dari interaksi yang kuat antara hamba dengan sang pencipta. Efisiensi dalam seluruh tindakan ekonomi sangat penting untuk mengurangi dan menekan beban pembiyayaan usaha, sehingga kalau usaha yang dilakukan itu bidang produksi maka akan menghasilkan prodak yang murah. demikian pula sikap qanaah terhadap hasil berupa keuntungan ia akan membelanjakan harta yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan pokok terhindar dari sikap boros dan mubadzir.
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros". Q.S al – Israa’ [17]: 26
5.  Wara
    Wara dalam berekonomi diartikan sikap berhati-hati dalam seluruh tindakan ekonomi. Sikap ini tumbuh dari kesadaran penuh terhadap pengawasan Allah yang sangat ketat dan teliti. Kehati-hatian sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha, mulai dari membuat planning, operasional dan mengontrol usaha dan akan menjauhkan pelaku bisnis dari sikap ceroboh.
Ketiga prinsip dasar ekonomi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya; akan tetapi harus terintegrasi pada setiap diri pelaku ekonomi.  Ketika hal ini terwujud maka akan tercipta pelaku bisnis  profesianal yang shaleh dan tatanan ekonomi yang mapan, sehat, kondusif dan produktif.


1 komentar: